MODUL
CHASIS DAN PEMINDAH TENAGA
SISTEM
KEMUDI
Di Susun Oleh Dosen Teknik Otomotif Elektronik:
Sugiyarto, S.Pd
PRODI TEKNIK OTOMOTIF ELEKTRONIK
AKADEMI KOMUNITAS NEGERI TRENGGALEK
|
SISTEM
KEMUDI
Fungsi Sistem Kemudi
Fungsi
sistem kemudi adalah
untuk mengatur arah
kendaraan dengan cara
membelokkan roda depan. Cara
kerjanya bila steering wheel (roda kemudi) diputar, steering coulomn
(batang kemudi) akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear (roda gigi
kemudi). Steering gear memperbesar
tenaga putar ini
sehingga dihasilkan momen
puntir yang lebih
besar untuk diteruskan ke steering lingkage. Steering lingkage akan
meneruskan gerakan steering gear ke roda-roda depan. Jenis sistem kemudi pada kendaraan
menengah sampai besar yang banyak digunakan adalah model recirculating ball dan
pada kendaraan ringan yang banyak digunakan adalah model rack dan pinion.
Komponen Sistem Kemudi
1. STEERING COLUMN
Steering column atau
batang kemudi merupakan
tempat poros utama.
Steering column terdiri dari
main shaft yang
meneruskan putaran roda
kemudi ke steering
gear, dan column
tube yang mengikat main shaft
ke body. Ujung atas dari main shaft dibuat meruncing dan bergerigi, dan roda kemudi diikatkan
ditempat tersebut dengan
sebuah mur. Steering
column juga merupakan mekanisme penyerap energi yang
menyerap gaya dorong dari pengemudi pada saat tabrakan.
Steering column
juga merupakan mekanisme
penyerap energi yang
menyerap gaya dorong
dari pengemudi pada saat tabrakan. Ada dua tipe steering column yaitu :
a. Model Collapsible
Model
ini mempunyai keuntungan
: Apabila kendaraan
berbenturan / bertabrakan
dan steering gear box
mendapat tekanan yang
kuat, maka main
shaft column atau
bracket akan runtuh sehingga
pengemudi terhindar dari bahaya.
Kerugiannya adalah : Main shaft
nya kurang kuat, sehingga hanya digunakan pada mobil penumpang atau mobil
ukuran kecil. Konstruksinya lebih rumit
b. Model Non collapsible
Model ini mempunyai keuntungan : Main shaftnya lebih
kuat sehingga banyak digunakan pada mobil-mobil besar atau mobil-mobil kecil,
Konstruksinya sederhana Kerugiannya
adalah :
Apabila berbenturan
dengan keras, kemudinya
tidak dapat menyerap
goncangan sehingga
keselamatan
pengemudi relatif kecil
2. STEERING GEAR
Steering Gear
berfungsi untuk mengarahkan roda depan dan dalam waktu yang bersamaan
juga berfungsi sebagai gigi reduksi untuk meningkatkan momen agar kemudi
menjadi ringan. Steering gear ada
beberapa type dan yang banyak di gunakan adalah type recirculating ball dan
rack and pinion.
Berat
ringannya kemudi ditentukan
oleh besar kecilnya
perbandingan steering gear
dan umumnya berkisar antara
18 sampai 20:1.
Perbandingan steering gear
yang semakin besar
akan menyebabkan kemudi semakin
ringan akan tetapi
jumlah putarannya semakin
banyak, untuk sudut belok yang sama.
Selain untuk
mengarahkan roda depan,
steering Gear juga
berfungsi sebagai gigi
reduksi untuk meningkatkan momen agar kemudi menjadi ringan. Untuk itu
diperlukan perbandingan reduksi yang
disebut perbandingan Steering
Gear, Perbandingan yang
semakin besar akan
menyebabkan kemudi menjadi semakin ringan, tetapi jumlah putarannya akan
bertambah banyak, untuk sudut belok yang sama. Ada beberapa tipe steering gear,
tetapi yang banyak digunakan dewasa ini adalah :
3. STEERING LINKAGE
Steering linkage terdiri dari rod dan arm yang
meneruskan tenaga gerak dari steering gear ke roda depan. Walaupun mobil
bergerak naik dan turun, gerakan roda kemudi harus diteruskan ke rodaroda depan
dengan sangat tepat setiap saat. Ada beberapa tipe steering linkage dan
konstruksi joint yang dirancang untuk
tujuan tersebut. Bentuk
yang tepat sangat
mempengaruhi kestabilan
pengendaraan.
1. Steering
linkage untuk suspensi rigid
2. Steering
linkage untuk suspensi independent
Komponen
sistem kemudi lainnya bergantung pada jenis kemudi yang digunakan antara lain :
1. Steering
wheel.
Ada beberapa
macam roda kemudi
ditinjau dari konstruksinya yaitu
:
a. Roda kemudi besar
bentuk
ini mempunyai keuntungan,
yaitu mendapatkan momen yang besar sehingga pada waktu membelokkan
kendaraan, akan terasa ringan dan lebih stabil
b. Roda kemudi kecil
Mempunyai keuntungan tidak memakan tempat dan peka
terhadap setiap gerakan
yang diberikan pada saat
jalan lurus, akan
tetapi dibutuhkan tenaga besar
untuk membelokkan kendaraan
karena mempunyai momen kecil
c. Roda kemudi ellips
model ini dapat mengatasi kedua-duanya karena
merupakan gabungan roda
kemudi besar dan kecil.
2. Steering
Main Shaft
Steering
main shaft atau
Poros Utama Kemudi berfungsi untuk
menghubungkan atau sebagai tempat roda kemudi dengan steering
gear.
a. Pitman Arm
Pitman arm meneruskan gerakan gigi kemudi ke relay
rod atau drag
link. Berfungsi untuk merubah
gerakan putar steering
column menjadi gerakan maju mundur.
b. Relay Rod
Relay rod
dihubungkan dengan pitman
arm dan tie rod end kiri serta kanan.
Relay rod ini meneruskan gerakan pitman arm ke tie rod
c. Tie Rod
Ujung
tie rod yang
berulir dipasang pada ujung rack pada kemudi rack end pinion,
atau ke dalam pipa penyetelan pada
recirculating ball, dengan demikian jarak antara joint- joint dapat
disetel.
d. Tie Rod End ( Ball Joint )
Tie rod end dipasanglkan pada tie rod untuk
menghubungkan tie rod dengan knuckle arm, relay roda dan lain-lain.
e. Knuckle arm
Knuckle
arm meneruskan gerakan
tie rod atau drag link ke roda
depan melalui steering knuckle.
f. Steering knuckle
Steering knuckle untuk menahan beban yang
diberikan pada roda-roda
depan dan berfungsi sebagai
poros putaran roda. Berputar dengan tumpuan ball joint atau
king pin dari suspension arm
g. Idler arm
Pivot dari idler arm dipasang pada body dan
ujung lainnya dihubungkan dengan relay
rod dengan swivel joint. Arm ini memegang salah satu ujung relay rod dan
membatasi gerakan relay rod pada tingkat tertentu.
Bentuk – Bentuk Sistem
Kemudi
Pada
dasarnya sistem kemudi dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Sistem kemudi secara manual
a. Dibutuhkan
tenaga yang besar untuk menggerakkan roda kemudi
b. Pengemudi
lebih cepat lelah
b) Sistem kemudi Daya ( Power Steering)
Penggunaan
power steering memberikan keuntungan seperti :
a. Mengurangi
daya pengemudian ( steering effort )
b. Kestabilan
yang tinggi selama pengemudian
1. SISTEM KEMUDI SECARA MANUAL
Sistem
kemudi secara manual
jarang dipakai terutama
pada mobil-mobil modern.
Pada sistem ini dibutuhkan
adanya tenaga yang
besar untuk mengemudikannya. Akibatnya
pengemudi akan cepat lelah
apabila mengendarai mobil
terutama pada jarak
jauh. Tipe sistem
kemudi secara manual yang banyak
digunakan adalah :
1) Recirculating Ball
Cara kerjanya : Pada waktu pengemudi memutar roda
kemudi, poros utama yang dihubungkan dengan roda kemudi langsung membelok. Di
ujung poros utama kerja dari gigi cacing dam mur pada bak roda gigi kemudi
menambah tenaga dan memindahkan gerak putar dari roda kemudi ke gerakan mundur
maju lengan pitman ( pitman arm ).
Gambar.2.
Konstruksi Sistem Kemudi Jenis Recirculating Ball
Lengan-lengan penghubung (linkage), batang
penghubung ( relay rod ), tie rod, lengan idler ( idler arm
) dan lengan
nakel arm dihubungkan
dengan ujung pitman
arm. Mereka memindahkan gaya
putar dari kemudi
ke roda-roda depan
dengan memutar ball
joint pada lengan bawah
( lower arm
) dan bantalan
atas untuk peredam
kejut. Jenis ini
biasanya digunakan pada mobil penumpang atau komersial.
Keuntungan
:
a. Komponen
gigi kemudi relative besar, bisa digunakan untuk mobil ukuran sedang, mobil besar
dan kendaraan komersial
b. Keausan
relative kecil dan pemutaran roda kemudi relative ringan
Kerugian
:
a. Konstruksi
rumit karena hubungan antara gigi sector dan gigi pinion tidak langsung
b. Biaya
perbaikan lebih mahal
2) Jenis Rack And Pinion
Cara kerja: Pada waktu
roda kemudi diputar,
pinion pun ikut
berputar. Gerakan ini akan menggerakkan rack dari samping ke
samping dan dilanjutkan melalui tie rod ke lengan nakel pada
roda-roda depan sehingga
satu roda depan
didorong, sedangkan satu roda tertarik, hal ini menyebabkan roda-roda
berputar pada arah yang sama.
Kemudi jenis rack and pinion jauh lebih efisien bagi
pengemudi untuk mengendalikan roda-roda
depan. Pinion yang
dihubungkan dengan poros
utama kemudi melalui
poros intermediate, berkaitan denngan rack.
Keuntungan
:
a. Konstruksi
ringan dan sederhana
b. Persinggungan
antara gigi pinion dan rack secara langsung
c. Pemindahan
momen relatif lebih baik, sehingga lebih ringan
Kerugian
:
a. Bentuk
roda gigi kecil, hanya cocok digunakan pada mobil penumpang ukuran kecil atau sedang
b. Lebih
cepat aus
c. Bentuk
gigi rack lurus, dapat menyebabkan cepatnya keausan
2. SISTEM KEMUDI DAYA ( POWER STEERING)
Pada
umumnya sistem kemudi daya dibagi atas 2 tipe, yaitu :
1) Hydraulic Powersteering (HPS)
Sistem
kemudi ini memiliki
sebuah booster hidraulis
dibagian tengah mekanisme
kemudi agar kemudi menjadi lebih
ringan. Dalam keadaan normal beratnya putaran roda kemudi adalah 2-4 kg. Sistem power steering direncanakan untuk mengurangi usaha
pengemudian bila kendaraan bergerak
pada putaran rendah
dan menyesuaikan pada
tingkat tertentu bila
kendaraan bergerak, mulai kecepatan
medium sampai kecepatan
tinggi. Penggunaan power
steering memberikan keuntungan seperti :
Mengurangi
daya pengemudian ( steering effort )
Kestabilan
yang tinggi selama pengemudian
A. Cara Kerja Power Steering :
a. Posisi netral
Minyak
dari pompa dialirkan
ke katup pengontrol (
control valve ).
Bila katup pengontrol berada
pada posisi netral, semua
minyak akan mengalir
melalui katup pengontrol ke saluran pembebas ( relief
port )dan kembali
ke pompa. Pada saat
ini tidak terbentuk
tekanan dan arena tekanan
kedua sisi sama, torak tidak bergerak.
b. Pada saat membelok
Pada
saat poros utama
kemudi (steeringmain shaft) diputar
ke salah satu arah,
katup pengontrol juga
akan bergerak menutup salah
satu saluran minyak. Saluran yang
lain akan terbuka dan akan terjadi
perubahan volume aliran minyak
dan akhirnya terbentuk tekanan. Pada
kedua sisi torak
akan terjadi perbedaan tekanan
dan torak akan bergerak
ke sisi yang
bertekanan rendah sehingga minyak
yang berada dalam ruangan
tersebut akan dikembalikan ke
pompa melalui katup pengontrol.
B. KOMPONEN – KOMPONEN POWER STEERING
1) Vane Pump
Vane pump
adalah bagian utama
dari system power
steering berfungsi
menghasilkan tekanan tinggi
dan debit yang
besar. Vane pump
juga berfungsi untuk mengatur
jumlah aliran fluida yang diperlukan sesuai dengan putaran mesin, Adapun
komponen yang ada dalam vane pump adalah :
a. Reservoir
Tank. berfungsi untuk tampungan fluida power steering.
b. Pump Body,
adalah rumah dari
rotor blade dan
pompa digerakan oleh
puli poros engkol mesin dengan drive blet, dan mengalirkan tekanan
fluida ke gear housing
c. Flow Control
Valve, mengatur volume
aliran minyak dari
pompa ke gear housing
dan menjaga agar volumenya tetap
pada rpm pompa yang berubah-ubah.
2) Gear Housing., Merupakan rumah tempat roda
gigi Kemudi
3) Power
Silinder. Power silinder
adalah tempat piston
bekerja menggerakkan roda gigi kemudi (steering Gear)
4) Katup Rotary.
Mengatur Arah aliran minyak dari pompa
2) Electric Power Steering (EPS)
Tujuan
dari pengembangan EPS
adalah meningkatkan efisiensi
kerja kendaraan dengan melakukan perubahan proses kerja power
steering. Perubahan ini mengalihkan sistem hidraulis ke elektrik.
Power steering yang
proses kerjanya dibantu
arus listrik ini
dapat mereduksi pemakaian energi
kendaraan yang tidak perlu.
A. KOMPONEN UTAMA EPS
Umumnya
sistem Electric Power Steering (EPS)
menggunakan beberapa perangkat elektronik yang sama, seperti:
1. Control Module: Sebagai komputer untuk
mengatur kerja EPS.
2. Motor elektrik: Bertugas langsung membantu
meringankan perputaran setir.
3. Vehicle
Speed Sensor: Terletak
di girboks dan
bertugas memberitahu control module tentang kecepatan mobil.
4. Torque
Sensor: Berada di
kolom setir dengan
tugas memberi informasi
ke control module jika setir mulai diputar oleh pengemudi.
5. Clutch:
Kopling ini ada
di antara motor
dan batang setir.
Tugasnya untuk menghubungkan dan
melepaskan motor dengan batang setir sesuai kondisi.
6. Noise Suppressor: Bertindak sebagai sensor
yang mendeteksi mesin sedang bekerja
atau tidak.
7. On-board
Diagnostic Display: berupa
indikator di panel
instrumen yang akan menyala jika ada masalah sengan sistem
EPS.
B. CARA KERJA
a. Setelah
kunci diputar ke posisi ON, Control Module
memperoleh arus listrik untuk kondisi stand-by. Seketika itu pula, indikator EPS pada panel
instrumen menyala.
b. Begitu
mesin hidup, maka Noise Suppressor
segera menginformasikan pada Control Module untuk mengaktifkan motor listrik dan
clutch pun langsung menghubungkan motor
dengan batang setir.
c. Torque
Sensor Salah satu sensor yang terletak pada steering rack bertugas memberi
informasi pada Control Module ketika
setir mulai diputar. Dan mengirimkan informasi tentang sejauh apa setir diputar
dan seberapa cepat putarannya.
d. Dengan
dua informasi itu, Control Module segera mengirim arus listrik sesuai yang
dibutuhkan ke motor listrik untuk memutar gigi kemudi. Dengan begitu proses
memutar setir menjadi ringan.
e. Vehicle
Speed Sensor bertugas menyediakan
informasi bagi control module tentang kecepatan kendaraan. Pada kecepatan
tinggi, umumnya dimulai sejak 80 km/jam, motor elektrik akan dinonaktifkan oleh
Control Module. Dengan begitu setir
menjadi lebih berat sehingga meningkatkan safety. Jadi sistem EPS ini mengatur besarnya arus
listrik yang dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja.
Selain
mengatur kerja motor
elektrik berdasarkan informasi
dari sensor, Control Module juga
mendeteksi jika ada
malfungsi pada sistem
EPS. Lampu indikator
EPS pada panel instrumen akan
menyala berkedip tertentu andai terjadi kerusakan. Selanjutnya ia
juga menonaktifkan motor
elektrik dan clutch
akan melepas hubungan motor
dengan batang setir. Namun karena sistem kemudi yang dilengkapi EPS ini
masih terhubung dengan
setir via batang
baja, maka mobil
masih dimungkinkan untuk dikemudikan. Walau memutar setir akan
terasa berat seperti kemudi tanpa power steering.
Pengertian Geometri
roda
Geometri
roda (wheel alignment)
adalah sudut-sudut kemiringan
roda yang dibentuk
oleh garis sumbu vertikal jika
kendaraan dipandang dari depan, samping
atau atas.
Fungsi geometri
roda adalah untuk
memudahkan pengemudian kendaraan,
menstabilkan pengemudian, menghasilkan daya balik kemudi yang baik,
mengurangi keausan ban.
Geometri
roda (wheel alignment)
terdiri dari :
Camber, Caster, Steering
Axis Inclination (Kingpin Inclination), Toe-in dan Toe-out,
Perbedaan sudut belok.
1) Camber
Camber
adalah kemiringan roda
bagian atas kearah dalam/luar terhadap
garis sumbu vertikal
jika kendaraan dilihat
dari depan. Besar sudut kemiringannya
diukur dalam derajat.
Bila kemiringan roda bagian atas ke arah luar disebut Camber Positif.
Pada Camber positif roda-roda terdorong ke dalam sehingga mencegah roda
agar tidak lepas.
Bila sudut camber
positif terlalu besar mengakibatkan
keausan roda terjadi
pada bagian luar
roda. Camber positif menyebabkan pengemudian menjadi ringan
Bila
kemiringan roda bagian
atas kearah dalam
disebut Camber Negatif. Camber
negatif membuat kendaraan
cenderung lurus dan stabil.
Bila sudut camber negatif terlalu besar mengakibatkan keausan roda terjadi
pada bagian dalam
roda. Camber negatif
menyebabkan pengemudian berat. Camber
negatif menyebabkan efek
kebebasan bantalan roda bertambah dan dapat memperbesar momen
bengkok spindle.
Bila
garis tengah roda sejajar
dengan garis sumbu
vertikal, maka disebut camber 0.
Camber 0 dapat mencegah keausan ban yang
tidak merata. Camber 0
menyebabkan stabilitas pengemudian
berkurang, menyebabkan getaran pada roda kemudi besar dan tidak stabil.
Besar
sudut camber umumnya : -1 s.d 3 derajat Besar sudut camber yang sering dipakai
: 0 s.d 1 derajat Perbedaan sudut camber. Yang
dimaksud perbedaan sudut
camber adalah perbedaan sudut camber
roda kiri dan
kanan. Perbedaan sudut
camber yang diperbolehkan
biasanya sekitar 0,5 derajat ( 30 menit )
2) Caster
Caster
adalah kemiringan steering
axis bagian atas
kearah depan atau
belakang terhadap garis sumbu
vertikal bila dipandang dari samping kendaraan. Saat jalan
lurus caster berfungsi
menggerakkan roda tetap
stabil dalam posisi
lurus walau roda kemudi
dilepas dan pada
saat kendaraan membelok
ban menopang pada
permukaan jalan dengan baik. Trail adalah
jarak antara dari
titik potong garis
tengan steering axis
dengan jalan dan
titik pusat singgung ban dengan jalan. Caster positif
adalah bila kemiringan
steering axis bagian atas ke arah belakang. Kendaraan pada
umumnya menggunakan caster positif karena
menghasilkan kestabilan kendaraan
saat berjalan lurus dan
daya balik kemudi
setelah membelok. Bila caster
positif terlalu besar
maka akan menyebabkan
trail makin panjang dan daya
balik kemudi makin besar, akan tetapi kemudi cenderung menjadi lebih berat.
Caster
negatif adalah bila kemiringan steering axis bagian atas kearah depan. Caster
negatif membuat kemudi ringan, tetapi kestabilan kendaraan
saat berjalan lurus
menjadi berkurang dan kemudi
kurang dapat dikendalikan
sehingga jarang digunakan pada kendaraan pada umumnya.
Caster 0 adalah
bila steering axis
sejajar dengan garis sumbu
vertikal.Pada caster 0
saat kendaraan jalan
lurus, roda tidak cenderung mencari sikap lurus,sehingga tidak ada
kestabilan saat jalan lurus. Sudut
caster umumnya :
3 – 8
derajat Perbedaan yang diijinkan antara roda kiri dan kanan :
0,5 derajat ( 30 menit )
3) Steering Axis Inclination (Kingpin
Inclination)
Steering axis adalah garis sumbu tempat roda berputar
saat berbelok kekiri
atau kekanan dan bisa
digambarkan antara bagian atas
dari shock absorber
upper support bearing sampai
lower suspension arm ball joint. Steering axis
inclination adalah kemiringan
steering axis bagian atas ke arah dalam
bila dipandang dari
depan kendaraan. Offset
adalah jarak antara
titik potong steering axis
dengan jalan dan
titik potong garis tengah ban
dengan jalan. Offset yang lebih
kecil akan membuat kemudi menjadi
lebih ringan dan
kejutan akibat pengereman dan
percepatan berkurang. Steering
axis inclination juga menghasilkan daya
balik kemudi dengan cara memanfaatkan berat kendaraan.
4) Wheel Angle (Perbedaan sudut belok)
Wheel
angle (Perbedaan sudut
belok) adalah jarak
antara roda kanan
dan roda kiri terhadap titik pusat yang sama kedua
roda pada saat membelok. Bila roda depan
kanan dan kiri harus mempunyai sudut belok yang sama besar, perbedaan sudut beloknya harus sama (r1 = r2).
Akan tetapi masing-masing roda akan berputar mengelilingi titik pusat yang
berbeda (O1 dan O2). Akibatnya kendaraan tidak dapat membelok dengan lembut
karena terjadinya side-slip pada roda-roda.
Untuk
mencegah ini, knuckle arm dan
tie rod disusun agar pada saat
membelok roda-roda sedikit toe-out. Akibatnya sudut belok roda inner sedikit
lebih besar dari pada sudut belok roda outer dan titik pusat
putaran roda kiri
dan kanan berimpit.
Akan tetapi sudut
beloknya berbeda (r1
> r2). Prinsip ini disebut
prinsip Ackerman.
Untuk
tipe suspensi yang tie rodnya terletak di belakang spindle, knuckle arm sedikit
diserongkan ke arah dalam ( Ø).
5) Toe Angle (Toe-In dan Toe-Out)
Adalah perbedaan antara jarak bagian depan dan jarak
bagian belakang roda kanan dan kiri
bila kendaraan dilihat
dari atas. Bila
bagian depan roda
lebih kecil ke
arah dalam dari
pada bagian belakang roda
(dilihat dari atas),
ini disebut toe-in.
sebaliknya susunan yang
berlawanan disebut toe-out. Bila bagian depan roda sama dengan bagian
belakang roda,disebut toe-0
Bila
roda-roda depan memiliki
camber positif, maka
bagian atas roda
miring mengarah keluar. Hal ini
akan menyebabkan roda-roda berusaha
menggelinding ke arah luar pada saat mobil berjalan lurus, dan akan
terjadi side-slip. Dan ini akan mengakibatkan ban menjadi aus. Untuk itu toe-in
digunakan pada roda-roda depan untuk mencegah roda menggelinding keluar yang
disebabkan oleh camber.
Dengan demikian toe-in
berfungsi sebagai koreksi
camber dan sebagai koreksi gaya penggerak.
Mobil
dengan penggerak roda belakang, penyetelan toe-in umumnya : 0 + 5 mm
Mobil
dengan penggerak roda depan, penyetelan toe out umumnya : 0 + 2 mm
Melakukan Pemeriksaan
Sistem Kemudi
a. Pemeriksaan Steering Coulomn
1) Gerakkan
roda keatas-bawah, kiri-kanan, maju-mundur.
2) periksa
apakah roda kemudi terpasang dengan baik pada main shaft,
3) apakah
main shaft keadaannya longgar
4) apakah
steering coulomn terpasang dengan kuat.
b. Pemeriksaan Kebebasan Roda Kemudi (Steering
Wheel)
Putar roda depan hingga pada posisi lurus
kemudian putar roda
kemudi perlahanlahan tetapi
jangan sampai roda bergerak. Besarnya
gerakan roda kemudi
pada saat ini disebut
dengan kebebasan (free
play). Besarnya kebebasan tergantung
pada model mobil, tetapi biasanya tidak melebihi dari 30 mm. Bila
kebebasannya berlebihan, penyebabnya dapat berasal dari salah satu diantara
yang tersebut berikut :
Mur roda
kemudi kurang keras
Keausan
atau penyetelan steering gear yang tidak tepat
Linkage
joint aus
Pemasangan
linkage bracket longgar
Bantalan
roda longgar
Main shaft
joint longgar
c. Pemeriksaan Kelonggaran Steering Linkage
Dongkraklah bagian depan mobil dan goyangkan roda
depan maju mundur, dan dari satu sisi ke sisi
lainnya. Bila gerakannya berlebihan kemungkinan linkage atau wheel
bearingnya aus.
d. Pemeriksaan Kelonggaran Bantalan Roda (Wheel
Bearing)
Dongkrak
bagian depan mobil
dan periksa kelonggaran ini
dengan menggoyangkan bagian atas
dan bawah pada
tiap roda. Bila ternyata longgar, penyebabnya
kemungkinan suspension arm bushing, ball join atau wheel bearing longgar.
Periksa kelonggaran dengan jalan
menekan pedal rem.
Bila kelonggarannya
berkurang, berarti ada bagian
selain wheel bearing
yang longgar. Bila kelonggarannya hilang
sama sekali berarti penyebabnya
berasal dari bantalan roda yang sudah aus.
e. Pemeriksaan ketinggian minyak steering gear,
jika rendah, periksa kebocoran, tambah minyak atau perbaiki.
f. Pemeriksaan Steering Gear Berat
Gerakkan roda
kemudi yang berat
biasanya disebabkan oleh
tahanan yang terlalu
besar pada sistem kemudi atau
oleh gaya pengembalian roda-roda yang berlebihan setelah belok. Dongkrak naik
bagian depan kendaraan. Lepaskan steering gear dan stearing linkage agar dapat
memeriksa bagian-bagian satu persatu. Bila gerakan gigi kemudi (steering gear)
berat, penyebabnya mungkin kerusakan
pada gigi kemudi,
penyetelan preload yang
tidak tepat, minyak
atau gemuk kurang, bearing atau bushingnya cacat.
g. Pemeriksaan Ball Joint
Lepaskan steering
knuckle arm dengan
linkage dan gerakan
knuckle arm. Bila
terasa berat, kemungkinan kingpin
atau ball joint keadaannya rusak.
Diagnosa Pada Sistem
Kemudi
Diagnosa yaitu mencari penyebab gangguan yang
terjadi pada sistem mesin atau alat
secara sistematis agar cepat dan tepat. Begitu pula dalam penggantian komponen
harus dilakukan dengan tepat dan benar karena
mempengaruhi kemampuan sistem
kemudi dan kenyamanan
kendaraan. Pemeriksaan setiap
komponen dilakukan sesuai dengan
prosedur yaitu seperti dalam tabel di bawah ini dan mulai dari yang ringan
sampai yang berat agar efisien waktu dan biaya.
1. Kemudi Berat
Gerakan
kemudi yang berat
dapat disebabkan oleh
power steering unit
atau tahanan power steering yang terlalu besar.
Tabel
1. Diagnosa masalah kemudi berat.
2. Gerak bebas roda kemudi terlalu besar pada
saat dikemudikan
Karena
pada power steering
terlalu banyak sambungan
maka terdapat gerakan
bebas atau kelonggaran,
kelonggaran yang belebihan dari sistem tersebut akan mengakibatkan kemudi
mengayun atau cenderung berbelok
kesalah satu arah
dan akan mengakibatkan
getaran dan keausan
pada komponen (khususnya ban) sehingga sistem kemudi tidak normal.
Tabel
2. Diagnosa gerak bebas roda kemudi terlalu besar.
Bila gerak
bebas kemudi berlebihan,
penyebabnya bisa berasal
dari salah satu
diantaranya sebagai berikut:
1. Mur roda
kemudi kurang kencang.
2. Keausan
pada steering gear atau penyetelan kurang tepat.
3. Lingkage
joint aus.
4. Pemasangan
lingkage bracket longgar.
5. Bantalan
roda longgar.
6. Main shaft
masih longgar.
3. Melayang (Wandering)
Wandering
adalah kecenderungan posisi
kendaraan tidak mengarah
keposisi pengemudian. Penyebabnya
yaitu gerak bebas yang terlalu besar pada sistem kemudi dan kemudi berat.
Tabel
3. Diagnosa masalah melayang (wendering).
4. Kendaraan naik kesatu sisi selama pengemudian
normal.
Kendaraan
cenderung membelok kesalah
satu sisi selama
pengemudian lurus, hal
ini disebabkan adanya tahanan
gelinding (rolling resistence)
yang berbeda antara
roda kanan dan
roda kiri.
Tabel
4. Diagnosa masalah kendaraan narik kesalah satu sisi.
5. Roda kemudi shimmy
Shimmy adalah roda
kemudi berayun kekanan
dan kekiri yang
disebabkan roda depan
tidak balance.
Tabel
5. Diagnosa roda kemudi shimmy
Shimmy sering
disebabkan oleh caster
yang terlalu besar,
toe-in dan toe-out
yang terlalu besar. Camber yang terlalu besar atau camber
antara roda kanan dan kiri tidak sama.
DAFTAR PUSTAKA
_________,Pemeliharaan Sistem
Suspensi, Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan;
Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar Dan Menengah;
Departemen Penidikan Nasional; 2005
Anonim.
(1977). Toyota Hi-Ace Pedoman Reparasi Chassis. PT Toyota-Astra Motor.
Boentarto. (1995).
Cara Pemeriksaan, Penyetelan,
dan Perawatan Chasis
Mobil. Yogyakarta: Andi Offset.
Toyota
Astra Motor, 1994, Training Manual Steering System Step 2, Jakarta, PT.Toyota
Astra Motor.
Toyota
Astra Motor, 1994, Training Manual Wheel Alignment & Tires Step 2, Jakarta,
PT.Toyota Astra Motor.
Astra
International Training Center, Basic Mechanic Training 3, Astra Internasional.
Toyota
Service Training, 1996, New Step 1, Jakarta, PT.Toyota Astra Motor.
PPGT
Malang, 2000, Geometri dan balans roda, PPGT Malang.
Sutamadji,
Drs. 2005, Perbaikan sistem kemudi ,Jakarta, Depdiknas.
Wiranto Arismunandar
dan Osamu Hirao.
(2006). Pedoman untuk
Mencari Sumber Kerusakan, Merawat
dan Menjalankan Kendaraan. Jakarta: PT PradnyaParamita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar